Selasa, 20 Oktober 2009

Parfum Terkenal

CHANEL NO. 5 DAN MARILYN MONROE

Parfum-parfum Terkenal di Dunia

Menarik menyimak proses keberhasilan para peracik dan pemilik parfum. Tanpa suatu kiat dan falsafah usaha, tampaknya, mereka tak akan berhasil mengabadikan produk-produknya yang melegenda.

: Revolusi Gaya

MUNGKIN TIDAK BANYAK ORANG YANG TAHU BAHWA PARFUM CHANEL dihasilkan oleh seorang wiraswasta wanita serbabisa, Gabrielle Chanel. Sebelum menekuni wewangian, Chanel adalah seorang pengelola toko yang nyambi sebagai penyanyi. Tidak lama kemudian, ia membuka toko yang menjual topi, juga busana olahraga wanita, terutama pakaian renang, buatan sendiri. Gebrakannya ini diikuti pendirian butik yang memakai namanya sendiri: Chanel. Popularitasnya pun meroket. Sesudah Perang Dunia I, ia adalah penentu trend mode, baik dalam gaya berpakaian maupun dalam gaya hidup wanita, pada masanya.

Chanel memiliki moto: “Tanpa parfum, wanita tidak bermasa depan.” Maka, dengan bantuan peramu parfum terkemuka Ernest Beaux, ia menghasilkan parfum yang menjadi legenda hingga kini: Chanel No. 5, yang menggunakan wewangian floral, lalu diikuti No. 22, Cuir de Russie, Gardenia, dan Bois des Iles. Chanel No. 5 dipakai oleh para bintang film. Marilyn Monroe, konon, menggunakannya bahkan sebelum tidur. Popularitas No. 5 begitu hebatnya, hingga menjadi rebutan. Serdadu-serdadu Amerika harus antre panjang untuk mendapatkannya, dan membawa pulang, seusai bertugas di Prancis dalam Perang Dunia II. Pada 1983, semua parfum tersebut diramu kembali oleh Jacques Polge.

Produk-produk 1980-an Chanel adalah Cristalle No. 19, Pour Monsieur, Anteus, dan Coco. Pada 1990, ia meluncurkan kreasi terbaru lainnya, Egoiste. Produk terakhirnya adalah Alure.

Chanel No. 5

Christian Dior: Lahirnya Penampilan Baru

Oleh Dior, yang sebelumnya dikaitkan dengan bisnis lamanya: mengikat pakaian dengan parfum. Ini setidaknya tampak pada parfum Miss Dior-nya, wewangian chypre yang semerbak dan sangat selaras dengan penampilan baru. Katanya, “Dengan parfum ini, saya ingin membalut setiap wanita dengan hasrat untuk melihat esensi pakaian saya keluar dari botolnya.”

Dior, percaya, parfum harus mengekspresikan semangat masa, mencerminkan aspirasi dan perasaan masanya, walau tetap terpisah dari perubahan fashion. Sejumlah parfum yang memakai namanya mencerminkan hal ini. Eau Savage adalah produk klasik, sedangkan Poison (dilurncurkan pada 1985) sukses besar dan menjadi parfum paling menyimbolkan. Karyanya itu membuat ia dituding sebagai “teroris” wewangian. Dior juga mengeluarkan parfum pria Fahrenheit (1988), parfum wanita Dune (1991), dan Tendre Poison (1994).

Guerlain: Dinasti Pembuat Parfum

Berbeda dengan tokoh-tokoh parfum lainnya, pria kelahiran Normandia ini menggeluti wewangian sejak dini. Reputasinya di bidang busana menyusul belakangan. Ia pernah mengeluarkan Eau de Cologne Imperiale khusus untuk Maharani Eugenie, sehingga ia dihadiahi penghargaan kerjaan dari Napoleon III. Ia juga penghasil sejumlah parfum terkenal: Fleur d’Italie (1884), Skine (1885), Rococo (1887), Jacky (1889), Excelence (1890), Bellefrance (1892), Cipricim (1894), Jardin de Mon Cure (1895), Voila Pourquoi J’Aimais Rosine (1900), Champs Elysees (1904), Apres l’Ondee (1906), L’Heure Bleue (1912), Mitsouko (bahasa Jepang: “misteri”, 1919), Shalimar (1925), dan Vol de Nuit (1933). Sedangkan beberapa karya terakhirnya adalah Chamade (1969), Parure (1975), Jardins de Bagatele (1983), Samsara (1989), dan Heritage (1992).

Guerlain berprinsip, “Buatlah produk yang bagus dan jangan pernah berkompromi dengan kualitas... bergantunglah pada ide sederhana dan melekatlah erat padanya.” Karena prinsip inilah daya tahan produk-produk parfum Guerlain terentang amat panjang.

Jeanne Lanvin: Wanita Perancang Busana

Wanita perfeksionis ini memulai debutnya sebagai perancang pakaian. Ia baru masuk ke dunia wewangian pada 1925, setelah perkawinannya yang kedua. Dalam dua tahun ke depan, ia menghasilkan 14 parfum, termasuk Irise, yang memiliki keharuman lembut bunga violet dan orris. Parfum lainnya adalah Kara-Djenoun, yang diilhami oleh perjalanannya ke Mesir, Geranium d’Espagne, Ou Fleurit l’Oranger, Chypre, dan My Sin.

Namun, karya parfum monumentalnya baru tercipta pada 1927. Yang ini suatu paduan wangi yang harmonis antara mawar Bulgaria dan jasmine Grasse, Prancis, yang tercampur lembut dengan buah orange, bunga lili, dan madu. Dengan sekitar 60 macam ramuan, awalnya, Lanvin menemukan kesukaran untuk menamai produknya. Adalah anaknya, Marie Blance, yang terilhami memberikan nama Arpege setelah ia membauinya.

Produk-produk Jeanne Lanvin lainnya adalah Ame Perdue dan Petales Froisses (1928), Scandal (1929), kemudian Eau de Lanvin, Eau de Cologne, Rumeur, dan akhirnya Pretexte. Semua komposisi parfum tersebut memang menggambarkan kemurnian, kecermatan, dan kesempurnaan wanita pembuatnya.

Jean patou: Esensi Fashion

Ia adalah playboy dan prajurit perang dunia I yang menjadi perancang pakaian, tapi kemahirannya bercintalah yang banyak memperngaruhi produk parfumnya. Patou yang gagah, tak pernah kawin, dan banyak menjalin affair itu meluncurkan tiga produk yang menggambarkan tahap cinta yang berbeda (1925): Amour-Amour, Que Sais-Je?, dan Adie Sagesse.

Ketiganya memang menggambarkan tiga tipe wanita. Produk pertama adalah wewangian memabukkan yang dirancang untuk wanita sensual berambut cokelat. Produk yang kedua untuk wanita berambut pirang. Sedangkan produk ketiga, yang beraksen pedas, secara eksklusif diperuntukkan bagi wanita berambut merah. Pada 1929, Patou meluncurkan produk inovatif Le Sien. Bersifat unisex, parfum ini ditujukan bagi pria sekaligus wanita modern, khususnya yang suka bermain golf, merokok, dan mengebut.

Toh, Patou merasa belum memiliki parfum monumental yang langsung mewakili dirinya, seperti Chanel No. 5 bagi Chanel. Lalu, pada 1930, setelah bekerja keras bersama Elsa Maxwell, meluncurkan Joy, memakai jasmine terindah dan mawar Grasse terbaik, yang dislogankan sebagai “parfum termahal di dunia”. Walaupun dunia pada 1930-an lagi depresi berat, parfumnya tetap laku keras. Lebih dari 60 tahun setelah penciptaannya, Joy masih termasuk sebagai salah satu dari lima parfum terlaris.

Patou juga meluncurkan Divine Folie (1933), Normandie (1935), dan Vacansces (yang diproduksi beberapa saat sebelum ia meninggal, 1936). Usahanya lalu diteruskan oleh saudara iparnya, Raymond Barbas, yang mengeluarkan Colony (1938), L’Heure Attendue (1946), Caline (1964), 1,000 (1972), Eau De Patou (1976), Patou Pour Homme (1980), dan Sublime (1992). Semuanya ciptaan Jean Kerleo, peramu Patou sejak 1967.

Nina Ricci: Romantisisme Lupa Waktu

Setelah Marie Adelaide Nielli mengawini Louis Ricci, ia pun tergerak membuka bisnis pakaian. Ia memasang nama Nina Ricci. Usahanya kemudian dikembangkannya ke bidang parfum oleh anaknya, Robert Ricci, pada 1946. Riset, kualitas, dan penghargaan terhadap wanita adalah kekuatan utama produknya. Parfum harus mengidealisasikan seorang wanita, katanya, “Kita harus melayani wanita tanpa memanfaatkannya.”

Dibantu peramu parfum, ia menghasilkan Coer-Joei, wewangian floral aldehydic, yang sukses di pasar. Ini mendorongnya mengeluarkan L’Air du Temps (1951), yang kemudian menjadi parfum klasik. Kesuksesannya, diduga, sebagian terletak pada kemasan botol dari kristalnya. Kotaknya ditata artistik oleh Marc Lilac dan pelukis Christian Berard, dan ditunjang materi iklan yang ditata tak kurang artistiknya.

Produk parfumnya yang lain termasuk Fille d’Eve (1952), Capricci (1961), Farouche (1974), Fleur de Fleur (1982), dan Nina (1987). Nina memang ditujukan Robert untuk mengenang sang pendiri perusahaan. Semua botol kristal parfum barunya sangat dihargai oleh para kolektor. Botol-botol itu dibuat di Wingensur Moder di Alsace, kawasan industri kristal yang terkenal sejak 1920.

Nina Ricci

Rochas: “Eraku adalah Panduanku”

Rochas dikenal sebagai perancang pakaian bintang-bintang film ternama, dari Loretta Young, Joan Crawford, Kathafine Hepburn, Jean Harlow, Carole Lombard, Marlene Dietrich, hingga Mae West. Ia kemudian menghasilkan wewangian. Parfum bagi Rochas merupakan aksesori untuk mempertegas keindahan wanita. Katanya “Orang perlu mencium harumnya wanita sebelum melihatnya.”

Parfum pertama Rochas bernama Avenue Matignon (1936), yang segera diikuti oleh Air Jeune dan Audace. Kemudian, 1943, Edmond Roudnitska menawarkan komposisi wewangiannya, yang disambut Rochas dengan baik. Lalu, lahirlah Femme (1944), wewangian yang dikeluarkan khusus oleh Helena, wanita yang dinikahinya pada tahun itu. Karena perang, para pemakai parfum menjadi terbatas. (Duchess of Windsor, Baroness Rothschild, Michele Morgan, Danilele Darrieux, dan Arletty adalah para wanita pertama yang menggunakannya.) Masyarakat umum baru mampu membelinya setahun kemudian.

Roudnitska kemudian mengulangi sukses Rochas dengan menciptakan parfum baru baginya: Chiffon dan Poupee (1946), Mousseline (1947), L’Eau de Verveine (1948), La Rose (1949), yang merupakan favorit Rochas, dan Moustache (1949). Semuanya dikhususkan untuk pria, dan itu pertama kalinya dalam sejarah perparfuman lelaki.

Rochas meninggal mendadak pada 1955. Helene, istrinya, meneruskan usahanya dengan mengeluarkan produk baru, Madame Rochas (1960), yang berwadahkan botol antik replika abad ke-18 dengan foto dirinya. Kalin ini, peraciknya Guy Robert. Parfum itu sukses berat. Pada 1965, Helena terpilih sebagai salah satu dari 12 wanita paling elegan di dunia dan dijuluki sebagai “Ratu Parfum”.

Produk Robert berikutnya adalah Monsieur Rochas (1969). Peramu lainnya, Nicolas Mamunas, mengeluarkan Eau de Roche (1970), yang kemudian menjadi Eau de Rochas. Ini wewangian khusus wanita. Karya lanjutannya adalah Mystre de Rochas (1978) dan Macassar (1980), keduanya buat pria, lalu Lumiere (1984) dan Byzance (1987), keduanya untuk wanita, kemudian juga Globe (1990) untuk pria dan Eau de Rochas Pour Homme. Produksi terbarunya, Tocade (1994), adalah parfum yang kaya akan wewangian khusus untuk wanita.

Tampaknya kita tak bisa memisahkan mereka dari usaha memberadabkan manusia. Karena riwayat parfum adalah bagian dari sejarah umat manusia, kemajuannya selalu didorong oleh hasrat dan imajinasi manusia.

1 komentar: